Seribu Pena Berbicara adalah puisi pertamaku yang dimuat di media massa. Seneng banget waktu itu. Ceritanya sih begini, waktu itu semua orang lagi sibuk, soalnya ada class meeting. Habis ujian soalnya. Eeh.. tiba-tiba aku dipanggil ke kantor TU. Tadinya sih gak tau apa-apa. Ternyataaaa… jeng jeng jeng! Keluar dari pintu, aku sudah pegang wesel. 50 ribu lagi… huehehe. Lumayan lah untuk makhluk sekolahan kayak aku. Sampai di rumah aku langsung tunjukin ke ortu. Ortu sih ekspresinya biasa aja. Soalnya mereka gak terlalu peduli hal kecil kaya gitu.
Awalnya aku lihat puisi teman sekelasku yang dimuat di majalah itu, berturut-turut lagi. Dalam hati aku merasa iri. Kalau dia bisa kenapa aku nggak? Jadi aku tertarik buat nulis. Setelah itu, aku jadi tertarik untuk mengikuti ekstra kurikuler KIR yang diikuti temanku tadi itu. Walaupun tidak banyak menyita perhatian siswa waktu demo ekskul di MOPDB, tapi menurutku KIR itu yang paling banyak prestasinya.
Kenapa ya KIR itu kesan awalnya membosankan? Kesannya itu selalu membuat KTI, membuat laporan, membuat apapun yang kesannya ilmiah dan kebahasaan mulu gitu. Apa karena namanya? Entahlah. Tapi syukurlah sekarang aku sudah jadi anak KIR. Dan semoga aku bisa mencetak prestasi di sana.
Oh ya ini dia puisiku yang dua bulan lalu dimuat di majalah media. Karena masih amatir jadi belum tahu mana yang benar, mana yang salah.
Seribu Pena Berbicara
Oleh: Brigita Safa’atin Nayuga
Mentari masih suci
Riuh rendah burung bernyanyi
Decit kayuhan sepeda tua
Mengiringi perjalananmu
Melangkah menuju pengabdian
Demi mendidik anak negeri
Sedetikpun tak kau abaikan
Demi masa depan yang gemilang
Seribu pena berbicara
Menjadi saksi bisu pengorbananmu
Menjalankan amanat suci
Mewujudkan cita-cita kami
Kami menunggumu …
Menunggu untuk setetes ilmu
Yang kelak akan menjadi lautan inspirasi
Melampaui gunung tertinggi
Membangun negeri dengan semangat demokrasi
Mengubah dunia antah brantah
Menuju modernisasi yang kaya akan teknologi
Makmur, sejahtera dan sentosa
Kobarkan semangatmu, mari meraih asa
Wahai pahlawan tanpa tanda jasa.